LAPORAN
PRAKTIKUM
ANALSA
BAHAN MAKANAN
ANALISA
RENDEMEN
Oleh :
Nama : Isaac Pereira
NIM : 2007340021

LABORATORIUM BIOKOMIA PANGAN
JURUSAN TEKNOLOGI INDUSTRI PERTANIAN
DAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS TRIBHUWANA TUNGGADEWI
MALANG
20009
I. PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Bahan hasil pertanian
merupakan bahan segar yang dapat diolah menjadi bahan pangan olahan. Bahan
olahan mengalami perubahan kualitas termasuk komponen – komponen kimia,perubahan
– perubahan ini berakibat positif ataupun negatif pada bahan pangan sehingga
perlu dilakukan suatu analisa yang dapat berguna dalam memberikan informasi
tentang kulitas gizi yang masih ada dalam bahan pangan tersebut.
Dalam analisa rendemen ini
merupakan suatu presentase produk yang di dapatkan dari perbandingan berat awal
bahan dengan berat akhirnya. Sehinga dapat diketahui kehilangan beratnya ketika
mengalami proses pengolahan. Rendemen di dapat dengan cara menimbangkan hasil
berat akhir yang dihasilkan dari proses dibandingkan dengan berat awal sebelum
mengalami proses.
1.2. Tujuan Praktikum
a. Tujuan praktikum dari analisis rendemen
ini yaitu : agar kita dapat
menghitun suatu rendemen produk – produk yang dihasilkan .
b. Dapat menghitung rendemen dari ketiga
jenis ketelarambat
II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Ketela Rambat dan Komposisi Kimianya
Ketela rambat merupakan
tanaman yang sudah dibudidayakan dengan Biaya yang relatif murah,yang
mengandung zat gizi serta menghasilkan kalori yang cukup banyak. Ketela rambat
banyak mengandung sumber karbohidrat yang dapat diubah menjadi berbagai macam
produk bahan maka :
|
Kandungan gizi
|
Banyaknya di
dalam
|
|||
|
Ubi putih
|
Ubi merah
|
Ubi kuning
|
Daun
|
|
|
Kalori (kal)
|
123,00
|
123,00
|
136,00
|
47,00
|
|
Protein (g)
|
1,80
|
1,80
|
1,10
|
2,80
|
|
Lemek (g)
|
0,70
|
0,70
|
0,40
|
0,40
|
|
Karbohidrat (g)
|
27,90
|
27,90
|
32,30
|
10,40
|
|
Air (g)
|
68,50
|
68,50
|
-
|
84,70
|
|
Serat kasar
|
0,90
|
1,20
|
1,40
|
-
|
|
Kadar gula
|
0,40
|
0,40
|
0,40
|
-
|
|
Beta karoten
|
31,20
|
31,20
|
-
|
-
|
Ubi
jalar atau ketela rambat ini, selain mengandung komponen gizi yang tinggi, juga
dapat diolah menjadi berbagai bentuk atau berbagai macam produk olahan.
Beberapa peluang penganekaragaman jenis pengunaan
ubi jalar menjadi bahan olahan adalah:
- Daun : sayuran, pakan ternak
- Batang : bahan tanam ,pakan ternak
- Kulit Ubi : pakan ternak
- Ubi Segar : bahan makanan
- Tepung : makanan dan
- Pati : dermentasi,pakan ternak dan asam sitrat
2.2. Analisa Rendemen
Rendemen adalah presentase produk yang didapatkan dari menbandingkan berat awal bahan dengan berat
akhirnya. Sehingga dapat di ketahui kehilangan beratnya proses pengolahan.
Rendeman didapatkan dengan cara (menghitung) menimbang berat akhir bahan yang
dihasilkan dari proses dibandingkan dengan berat bahan awal sebelum mengalami
proses.
III. METODOLOGI
3.1.
Tempat dan Waktu Praktikum
Praktikum analisa rendemen dilaksanakan pada :
Tempat
: Laboratorium Rekayasan Pangan dan System
Produksi
Hari : Rabu
Tanggal : 7 Januari 2009
Waktu : 10:00 – 14:00 WIB
3.2.
Alat
Alat – alat yang dipakai dalam
analisa rendemen adalah:
a. Pisau
b. Timbangan
c. Baskom
d. Oven
e. Nampang
f. Alat pemasrah dan blender
3.3. Bahan
Bahan yang digunakan dalam
analisa rendemen sebagai berikut:
a. Ketela rambat 2 kg dan
b. Air
3.4. Cara Kerja
Cara kerja dalam analisa
rendemen adalah sebagai berikut:
a. Ketela rambat ditimbang, dikupas dan di
cuci bersih kemudian di keringkan
b. Ketala rambat yang sudah di kupas dan
dikeringkan, ditimbang lagi
c. Ketela rembat di pasrah dengan alat
pemasrah
d. Ketela rambat yang sudah di pasrah di
keringkan dalam oven dengan suhu 60oC selama 4 jam
e. Ditepungkan dengan cara diblender.
Kemudian diayak untuk mendapatkan tepungnya .
f. Ketela rambat yang sudah ditepugkan,di
timbang dan di hitung rendemennya
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1. Hasil Praktikum
Dari praktikum analisa
rendemen ini, di peroleh hasil sebagai
berikut.
a.berat
awal ketela rambat
: 2.100 g
(2,1 kg)
b.berat
akhir ketela rambat
: 450 g
Perhitungan
rendemen sebagai berikut :
Berat awal
2100 gram
: 21,42%
Jadi berat ketela rambat awal adalah : 2.100 gram
Berat tepung ketela rambat
akhir adalah : 21,42%
4.2. Pembahasan
Dari hasil praktikum dapat
dibahas, mengenai perbandingan berat awal dan berat akhir dari bahan atau sampel dalam hal
ini pengamatan terhadap rendemen ketelah rambat. Ketela rambat yang berat
awalnya 2 kg atau 2000 gram dan setelah mengalami pengupasan beratnya
berukurang menjadi 1800 gram. Hal ini menunjukan bahwa banyaknya bahan terbuang
sehingga mengalami pengurangan berat.
Maka dari sini kita dapat mengetahui kehilangan
berat ketika mengalami proses pengolahan
Dari hasil yang di bahas, diketahui
bahwa berat ketelah rambat
awal
adalah : 2,1 kg atau 2100 gram.
berat
tepung ketela rambat akhir adalah :
21,42%
dan
perhitungan rendemen adalah sebagai berikut:
berat awal
: 450
gram x 100%
: 21,42%
Oleh karena itu, dari hasil
yang di peroleh ini kita dapat
mengetahui bahwa:
berat ketela rambat awal yang sebelum di cuci dan
kupas adalah 2100 gram dan setelah di bersihkan
beratnya menjadi 450 gram.
Hal ini di sebabkan karena
terjadinya pengikisan yaitu sebagian berat dari ketela rambat yang awal
terkikis dan terbuang.semuanya karena ketela tersebut di kupas lagi, yang
terbuang adalah sebanyak 1650 gram. Hal ini merupakan berat kulitnya yang
terbuang. setelah kulitnya sudah di kupas,berat menjadi 450 gram. Dengan berat
yang ada,diperoleh perhitungan rendemennya adalah 21,42 %
V. KESIMPULAN
5.1. Kesimpulan
Dari hasil praktikum tersebut dapat disimpulkan bahwa,dalam analisa
rendemen perbandingan berat awal dari suatu bahan atau sampel dengan berat
akhirnya, perlu adanya ketelitian dalam proses analisa sehingga hasil yang di
peroleh juga memuaskan.
Perlu adanya keseriusan dalam
analisa rendemen serta mengikuti proses dan cara dari rendemen itu sendiri,
sehingga presentase produk dalam perbandingan berat awal dari bahan atau sampel
dan berat akhir dapat diketahui.
5.2. Saran
Dari analisa rendemen, dapat
disarankan agar perlu adanya praktikum tambahan yang berkaitan dengan analisa
bahan pangan, terkhusus analisa rendemen karena pengetahuan yang kami dapat
masih jauh dari harapan kami dalam hal ini praktikum. Dapat pula disampaikan
apabila terjadi kesalahan dalam beberapa langkah awal di mana yakni pengenalan
alat – alat laboratorium secara seluruh belum satu persatu nama bahkan fungsi
dari pada alat tersebut dipahami secara menyuluruh, maka langkah baiknya proses
percobaan yang terjadi saat ini terus dilakukan berkali – kali guna semakin
membawa kami untuk terus menerus berusaha untuk bisa menguasainya karena hal
ini juga merupakn satu mekanisme dimana sabagai acuan dasar dan juga bekalyang
teramat penting untuk masa depan.
Ada pula berbagai upaya tengah
dilakukan oleh mahasiswa itu sendiri yang mana akan selalu mencari informasi
serta wawasan yang berintelektual tinggi yang terorentasi pada suatu kegiatan
nyata yakni percobaan – percobaan yang terus menerus dilakukuan di
laboratorium.
DAFTAR PUSTAKA
Mushollaeni Wahyu, Spi,Mp.2006. Diktat Analisa
Bahan Makanan
Pertiwi ,Susi Wahyu.1989. Laporan praktikum Kimia
Makanan Departemen
Kesehatan
Republik Indonesia Semalang
Sudar madji.S.B Haryono Dan
Suhadi.1989.Prosedur Analisa Untuk Bahan
Makanan
Dan Pertanian. Liberty. Yogyakarta
LAPORAN
PRAKTIKUM
ANALISA
BAHAN MAKANAN
ANALISA
KADAR AIR
Oleh :
Nama : Isaac
Pereira
NIM : 2007340021

LABORATIRUM BIOKOMIA PANGAN
JURUSAN TEKNOLOGI INDUSTRI PERTANIAN
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS TRIBHUWANA TUNGGADEWI
MALANG
2009
I. PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Perlu dipahami bahwa di dalam
kadar air yang terdapat di dalam bahan pangan tentunya bersifat penting dimana
kita dapat mengukur sejauh mana jumlah kadar yang dibutuhkan. Hal ini
disebabkan karena :
v Kandungan air dalam bahan pangan dapat menentukan kecepatan kerusakan
bahan pangan (nezimatis, khemis,
mikrobiologis ).
v Menentukan kekerasan produk
v Disamping kualitas atau jumlah air,
kualitas produk juga ditentukan oleh kualitas air misalnya :
a) Kualitas fisis : warna, bau, rasa,
kerusakan
b) Kulitas kimia : kesalahan PH, bahan
terlarut.
c) Kualitas mikrobiologis : jenis dan jumlah
kandungan mikroorganisme air bahan makanan, dianalisa secara kuantitatif.air
bahan makanan, dapat dianalisa menggunakan metode :
Ø Metode pengeringan / termogravimetri
Menguapkan air yang ada dalam
bahan dan menyisakian komponen seluble.
Ø Metode analisa atau thermovolumetri
untuk
analisa kadar air bahan pangan yang mudah menguap.
Ø Metode kimia dengan titrasi
Ø Metode fisis
secara fisis, kadar air
ditetapkan, dengan adanya air dapat menyebabkan
perbedaan tegangan listrik yang kemudian akan diukur sehingga dapat
ditentukan jumlah air dalam bahan tersebut.
1.2. Tujuan Praktikum
Adapun
tujuan dari pratikum analisa kadar air adalah sbb:
a) Agar dapat menghitung atau mengukur kadar
air sample
b) Agar kita dapat mengetahui suatu bahan
pangan mengandung bannyak kandungan air.
II. TINJAUN PUSTAKA
2.1. Apel Dan Komposisi
Kimianya
Memakan sebutir apel sehari buka hanya menjadikan
badan sehat dan kita jauh dari dokter, namun khasyat tersebut didasarkan pada
tingginya kadar zat gizi yang terkandung dalam buah apel, terutama vitamin dan
mineral.
Berikut ini beberapa kandungan gizi yang terdapat
dalam 100 gram apel.
|
Komposisi kimia
|
Jumlah per 100 gram
|
|
Energi
|
58,0
|
|
Air (%)
|
12
|
|
Protein (g)
|
8,9
|
|
Lemak (g)
|
0,40
|
|
Karbohidrat (g)
|
77,3
|
|
Zat besi (mg)
|
16
|
|
Kalsium (g)
|
6,00
|
|
Besi (mg)
|
1,30
|
|
Vitamin (A,
B, C)
|
0,12
|
2.2. Bayam dan Komposisi Kimianya
Komposisi kandungan kimia pada bayam mengandung:
|
Komposisi kimia
|
|
Arutin
|
|
Rutin
|
|
Zat besi
|
|
Kalium nitrat
|
|
Garam fosfat
|
|
Tanin
|
|
Kalium nitrat
|
|
Spinasterol
|
|
Vitamin A, C, K
|
2.3. Kentang dan Komposisi Kimianya
|
Komposisi kimia
|
Jumlah per 100 gram
|
|
Karbon (C)
|
64,0 – 67,0%
|
|
Hidrogen (H)
|
2,7 –
49,0%
|
|
Oksigen (O)
|
11,1 – 13,0%
|
|
Nitrogen (N)
|
1,0 – 1,1%
|
2.4. Kadar Air Bahan Makanan
Kandungan air dalam bahan
makanan mempengaruhi daya taha tubuh terhadap serangan mikroba yang dinyatakan
dengan aw, yaitu jumlah air bebas yang dapat digunaka oleh mikroorganisme untuk
pertumbuhannya. Pada bahan pangan isotherm sorpsi air dapat digambarkan
kandungan air yang dimiliki bahan tersebut sebagai keadaan kelembapan relatif
ruang tempat penyimpanan.
Untuk memperpanjang daya tahan
suatu bahan, sebagian air dalam bahan harus dihilangkan dengan beberapa cara
tergantung dari jenis bahan. Umumnya dilakukan pengeringan, baik dengan
penjemuran maupun denga menggunakan alat pengring buatan. Pada pengeringan
bahan makanan ini, terhadap 2 tingkat kecepatan penghilangan air.
Pada awal pengeringan,
kecepatan jumlah air yang hilang persatuan waktu tetap. Kemudian akan terjadi
penurunan kecepatan penghilangan air per satuan waktu. Hal ini berhubungan
dengan jenis air yang terikat dalam bahan.
III. METODOLOGI
3.1. Tempat dan Waktu Praktikum
Adapun tempat dan waktu
praktikum yang dilaksanakan yaitu sebagai berikut:
Tempat
: laboratorium rakayasa pangan dan sistem produksi dan laboratorium
kimia pangan.
Hari :
rabu
Tanggal :
07 januari 2009-01-14 waktu: 10:00 – 14:00 WIB
3.3.
Alat
Alat – alat yang digunakan
untuk menganalisa kadar air adalah sebagai berikut:
1) Oven
2) Desikator
3) Alat Penimbang
4) Cawan
5) Alat Pengering
3.4.
Bahan
Bahan – bahan yang digunakan
adalah sebagai berikut:
a) Apel
b) Bayam dan
c) Kentang
3.5.
Cara Kerja
Adapun cara kerja dari analisa
kadar air ini adalah sebagai berikut:
a) Cawan yang dikeringkan dalam oven bersuhu
100 – 1020C selama 15 menit.
b) Di dinginkan dalam dekator dan ditimbang
berat cawannya.
c) Sampel sebanyak 5 gram dihomogenkan, ambil
sebanyak 2 gram.
d) Masukan sampel dalam cawan, dalam oven dan
ovenkan selama 6 jam
e) Cawan dan sampel yang telah dikeringkan,
dipindahkan kedalam desikator dan didinginkan kemudian di timbang
f) Sampel dalam cawan dikeringkan kembali
hingga didapat berat yang konstan (selisih penimbangan harus 0,02 gram)
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1. Hasil Praktikum
Kadar air merupakan banyaknya
air yang terkandung dalam bahan yang dinyatakan dalam persen.
Kadar air juga salah satu
karaktelistik yang sangat penting pada bahan pangan, karena air dapat
mempengaruhi penampakan, tekstur, dan cita rasa pada bahan pangan.hasil yang
diperoleh sebagai berikut:
- Kentang = 2 gram
- Bayam = 2 gram
- Apel = 2 gram
Berat cawan awal untuk
- Kentang = 80,4237
- Bayam = 77,5003
- Apel = 79,3962
Berat cawan akhir untuk
- Kentang = 80,4360
- Bayan = 77,5132
- Apel = 79,409
4.2. Pembahasan
Dari hasil praktikum dapat
dibahas, mengenai perbandingan berat sampel awal dan berat sampel konstan dari bahan atau sampel
dalam hal ini pengamatan terhadap kadar air. Kadar air yang berat sampelnya 2 kg
atau 2000 gram dan setelah mengalami pengupasan beratnya berukurang menjadi
1800 gram.
V. KESEMPULAN
5.1. Kesempulan
Berdasarkan hasil pengamatan
dan pembahasan yang ada maka penulis mengambil kesimpulan yaitu:
Sebaiknya bahan baku yang
digunakan untuk mengukur kadar air yaitu bahan baku yang kadar airnya untuk
dapat menghitung dan mengukur kadar aur sampel.
5.2. Saran
Berbagai hal yang telah kita
temukan ketika praktikum berlangsung. Sangat memperhatikan sekali bila proses
percobaan ini, ada beberapa mahasiswa yang tidak mengikutinya dengan berbagai
alasan yang kadang tidak tepat. Dengan demikan disarankan bahwa untuk dapat
menghitung kadar air sampel yang dapat dalam bahan penelitian.
DAFTAR PUSTAKA
Apriyantono. A. D. Fardia. N. L. Puspita Sari. Sedamawati
dan S. Budiyanto. 1989. petunjuk laboratorium analisa pangan. PAU Pangan dan
Gizi.IPB Bogor.
Sudarmadji. S. B. 1996. analisa hasil
pertanian. Diktat kuliah. Jilid 1. jurusan teknologi hasil pertanian. Fakultas
pertanian. Universitas brawijaya malang
LAPORAN
PRAKTIKUM
ANALISA
BAHAN MAKANAN
ANALISA
KADAR ABU
Oleh :
Nama : Isaac
Pereira
NIM : 2007340021

LABORATIRUM BIOKIMIA PANGAN
JURUSAN TEKNOLOGI INDUSTRI PERTANIAN
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS TRIBHUWANA TUNGGADEWI
MALANG
2009
I. PENDAHULUAN
I.1. Latar Belakang
Sebagian bahan makanan terdiri
dari 96 % bahan organik dan air, isinya terdiri dari unsur – unsur mineral –
mineral lain. Unsur mineral dikenal sebagai mineral zat organik atau kadar abu.
Dalam proses pembakaran tetapi tidak bagi zat organik. Proses inilah yang
sering dinamakan abu. Mineral sangat diperlukan oleh manusia karena dia
memiliki kesehatan dan pertumbuhan gizi yang baik.
Mineral dapat dibedakan
menjadi dua jenis antra lain :
- Makro Mineral
dimana mineral yang dibutuhkan tubuh dalam
jumlah yang cukup besar:
Na, Cl, P, Mg, S.
- Mikro Mineral
yakni bentuk mineral yang di butuhkan
oleh manusia dalam jumlah yang kecil
misalkan : Fe, T, Cu, F, Co. Karena bentuk mineral ini diperlukan manusia dalam
jumlah yang kecil maka adanya praktikum analisa abu ini dapat memepermudahkan kita untuk dapat
mengetahui bentuk mineral yang terdapat di dalam
bahan. Selain itu juga mineral ini memeiliki beberapa fungsi dimana unsur mineral tersebut sebagai pengatur zat
pembangun di dalam tubuh.
1.2. Tujuan Praktikum
Dapat kita pahami bersama
bahwa tujuan dilakukan adanya praktikum kadar abu agar
Ø Setiap
mahasiswa yang melakukan suatu proses percobaan ini dapat menghitung
kadar abu yang telah dihitung
dalam satu sampel.
Ø Mempermudah mahasiswa untuk lebih sedetail
mungkin dalam melakukan percobaan
dengan menghitung serta mengetahui besar atau tidaknya ksndungan yang terdapat
deidalam bubuk coklat.
II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Tepung Tapioka Dengan Komposisi Kimianya
|
Komponen
|
Kadar
|
|
Kalori
Air
Phospor
Karbohidrat
Kalsium
Vitamin C
Protein
Besi
Lemak
Karbohidarat
|
146, 00 k kal
62, 50 gram
40,00 mg
34,00 gram
33,00 mg
30,00 mg
1,20 gram
0,70 gram
0,30 gram
0,06
gram
|
2.2. Tepung Terigu dan Komposisi Kimianya
|
Komponen
|
Kadar
|
|
Energi
Protein
Air
Lemak
Karbohidrat
|
248 k kal
8,0 gram
40 gram
1,2 gram
50,0 gram
|
2.3. K adar Abu Bahan Makanan
Ada pula diketahui bahwa
didalam proses pengukuran kadar abu sangat penting dimana mempunyai tujuan
yakni untuk mengetahui besarnya kandungan mineral yang terdapat di dalam bubuk
coklat.
Hal ini pula pernah
dikemukakan oleh beberapa orang yang sedikit paham akan cara atau langkah –
langkah untuk ditempuh guna membuktikan kebenaranya antara lain, bahwa abu
adalah merupakan salah satu zat anorganik sisa dari hasil pembakaran bahan
organik serta penentuan kadar abu yang berhubungan erat dengan kandungan
mineral yang terdapat didalam suatu bahan, serta hasil dari bahan yang telah
mengahsilkan bentukkadar tersebut.
III. METODOLOGI PENELITIAN
3.1. Tempat dan Waktu Pelaksanaan Praktikum
Praktikum analisa kadar abu
ini, dilaksanakan pada :
Tempat : Laboratorium Biokimia Umum dan Relayasa
Pangan dan Sistem Produksi.
Hari/ tgl : kamis, 08 Januari 2009
Waktu :
08.00 – 14.30 WIB
3.2. Alat
Ada beberapa alat yang
digunakan pada saat prakikum tersebut yakni antara lain,
- Porselin
- Timbangan
- Kompor Listrik
- Desikator
- Oven
3.3. Bahan
Bahan – bahan yang digunakan
antara lain :
- Tepung tapioka dan
b Tepung terigu
3.4. Cara Kerja
Tidak semudah itu untuk
melakukan atau mengerjakannya tanpa adanya beberapa hal penting yang menjadi
acuan dasar agar awal dan akhir dari proses percobaan tersebut agar masing –
masing penjumlahan hasilnya dapat lebih muda diketahui. Dengan demikian,
terdapat beberapa cara dalam mengerjakanya antara lain yakni :
- KNS porselin yang digunakan untuk menganalisa kadar abu tersebut, sebelimnya terlebih dahulu dimbang.
- Timbangan sampel homogen sebanyak 2 gram lalu dimasukan dengan hati – hati ke dalam KNS porselin yang sudah diketahui beratnya.
- Untuk mengubah proses pengabuan sebaik mungkin maka, KNS yang ada diatas konfor listrk tersebut dibakar sampelnya.
- KNS porselin yang sudah terisi oleh sampel tersebut, di abukan pada suhu 6000C selama 4jam sampai terbentuknya abu – abu tersebut dari masing – masing sampel
- Sampel dan KNS di oven, lalu didinginkan terus di timbang sampai didapatkanya berat konstan
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1. Hasil Praktikum
Dengan demikian maka dapat di
jumlahkan hasil dari percobaan tersbut antara lain dengan cara sbb:
( berat kns + berat sampel awal
) berat kns porsenelin kosong
Berat porsenelin 31, 30 untuk tepung tapioka
Berat porsenelin 30, 07 untuk tepungt terigu
32, 07 gram
·
Tepung
terigu dianalisa mulai jam 07.15
·
Tepung
tapioka dianalisa mulai jam 07. 56
Menganlisa komponen dalam
tepung terigu dan tepung tapioka
·
Analisa
tepung tapioka akhir pada jam 13. 42
·
Analisa tepung tapioka awal pada jam
07.15
6.27
·
Analisa
tepung terigu akhir jam 06. 27
·
Analisa tepung terigu awal jam 07.
56
13, 83
14. 43
Hasil = jadi arang karena tanornya yang tidak bisa
digunakan sehingga tepung yang akan dianalisa menjadi abu atau tadak berhasil.
4.2.
Pembahasan
Dari hasil praktikum diatas
tidak diperoleh hasil analisa kadar abunya
kadar analisa abunya tidak berhasil, makanya hasil
yang di jumlahkan akan berubah menajadi arang, karena di lihat dari barbagai proses
percobaan yang kuarng di cermatio secara sistematis maka, tanurnya tidak bisa
digunakan sehingga tepung yang akan dianalisa dapat berubah menajdi arang atau
tidak berhasil.
Melainkan tepung tapioka dan
tepung terigu yang sudah di analisa akan berubah menjadi arang. Maka sangat di
tegaskan apabila mahasiswa yang hendak melakukan suatu proses dengan
menggunakan bahan yang mudah terkontaminasi dengan zat lain, sangatlah
diperhatikan berbagai bentuk dan proses penjumlahan yang sudah ditentukan.
V. KESIMPULAN
5.1. Kesimpulan
Dilihat dari hasil dan
pembahasan yang telah diperoleh, analisa kadar abu ini secara langsung tidak
berhasil. Hal ini disebabkan karena tanurnya tidak bisa digunakan.
5.2.
Saran
Langkah baiknya setiap diadakanya suatu percobaan yang
dilakukan di dalam laboratorium masing – masing, kelompok didampingi oleh
asisten yang bertugas untuk mengontrol baik dari keselamatan semua peralatan
yang digunakan, sekaligus menjadi pemandu karena mahasiswa yang tengah
mengadakan percobaan tersebut belum tentu semuanya sudah benar – benar memahami
fungsi dari alat itu sendiri dan juga cara menggunakanya.
Ketertiban selama proses
percobaan tersebut berlangsung, menjadi bagian yang penting juga dimana
keterampilan seseorang dapat dimulai dari hal – hal kecil seperti itu. Disini
kita disarankan agar lebih banyak berorentasi pada keaktifan terlebih pada saat
akan dia adakanya praktikum tersebut.
DAFTAR PUSTAKA
Beran, J.A, 2000, Chemistry in the Laboratory, edisi
2, John wiley dan Sons, NewYork.
Crisp, P, 1996, Safety in the school of chemika
engineering and industrial chemistry,
UNSW, safety officev CEIC, New
south wales.
Shomaker, C.P., Gerland, C.W., dan Niblev, J.W.,
1989, Experiment in physical,
LAPORAN
PRAKTIKUM
ANALISA
BAHAN MAKANAN
ANALISA
SERAT KASAR
Oleh :
Nama : Isaac
Pereira
NIM : 2007340021

LABORATIRUM BIOKOMIA PANGAN
JURUSAN TEKNOLOGI INDUSTRI PERTANIAN
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS TRIBHUWANA TUNGGADEWI
M@LANG
2009
I. PENDAHULUAN
1.1.
Latar Belakang
Istilah serat makanan harus
dibedakan dengan istilah serat kasar yang biasa digunakan dalam analisa
proksimat bahan pangan. Serat kasar adalah bagian dari pangan yang tidak dapat
dihidrolisis oleh bahan – bahan kimia yang digunakan untuk menentukan kadar
serat kasar yaitu asam sulfat (H2SO4 1,25%)dan natrium
hidroksida (NaOH 1,25%). Sedangkan serat makanan adalah bagian dari bahan
pangan yang tidak dapat dihidrolisis oleh ensim – ensim pencemaran.
Prinsip dari analisa serat
kasar ini adalah komponen dala sampel yang tidak larut dalam larutan asam dan
alkali encer pemanasan dan pendinginan balik dalam kondisi tertentu. Bagian
yang tidak larut dicuci dan dikeringkan serta ditimbang sebagai serat kasar
dalam bahan sampel.
1.2.
Tujuan Praktikum
Agar dapat menghitung dan
mengukur kadar serat kasar suatu sampel.
II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Buah Nanas dan Komposisi Kimianya
Nanas (Ananas Satnus Schult)
diklasifikasikan dalam bromelia ananas. Dagin buah nanas dapat langsung dimakan
dan dapat pula dikalengkan sebelum dimakan, dua per tiga (2/3)
bagian berat dari nanas dapat dimakan, bagian yang dapat dimakan tersebut 90%
terdiri dari juise, sisa buangan industri pengelolahan buah nanas dugunakan
untuk pakan ternak.
Komposisi kimianya sebagai
berikut:
|
Buah
|
Sihid
|
Protein
|
Asam sitratt
|
Gula reduksi
|
sukrosa
|
Fibre
|
Abu
|
|
Nanas segar
|
12,5- 16,1
|
0,42 – 0,50
|
0,8 – 1,5
|
1,2-9,7
|
1,7-10,30
|
0,17-0,3
|
1,4 – 0,7
|
|
Nanas kalengan
|
17
|
0,43
|
0,35
|
9,72
|
5,12
|
-
|
0,4
|
2.2.
Nata de Coco dan Komposisi Kimianya
Nata de coco merupakan suatu
jenis makanan yang diolah melalui suatu proses fermentasi dari air kelapa yan
difermentasikan oleh bakteri A. Xillinum. Daging dari nata ini berputih. Bagian
ini mengandung berbagai zat gizi. Kandungan zat gizi tersebut beragam sesuai
dengan tingkat kematangan buah.
Komposisi kimia nata de coco adalah sebagai berikut:
|
Komposisi
|
Kadar
|
|
Protein
|
1,0 gram
|
|
Lemak
|
0,9 gram
|
|
Karbohidrat
|
14,0 gram
|
|
Air
|
83,3 gram
|
|
Kalsium
|
17,0 mg
|
|
Phospor
|
30,0 mg
|
|
Besi
|
1,0 mg
|
|
Asam askorbat
|
4,0 mg
|
2.3.
Kadar Serat Bahan Makanan
Mutu serat makanan dapat di
lihat dari komposisi komponen serat makanan dimana serat makanan terdiri dari
komponen yang larut, dan komponen yang tidak larut.
Sekitar sepertiga dari serat makanan toval adalah
sarat makanan yang larut, sedangkan kelompok terbesarnya adalah merupakan serat
yang tidak larut.
Ada tiga serat yang tidak
larut di dalam air terdapat ada tiga macam yaitu : selulosa, hemiselulosa, dan
lingnin. Serat tersebut banyak terdapat pada sayuran, buah – buahan dan kacang
– kacangan. Sedangkan serat yang larut dalam air adalah pectin, musilase, serta
serat ini juga banyak terdapat pada buah – buahan dan sayur – sayuran dan serat
sedanggum banyak terdapat pada aksia.
III. METODOLOGI PENELITIAN
3.1. Tempat dan Waktu Praktikum
Praktikum analisa serat kasar
dilaksanakan pada :
Tempat
: laboratprium rekayasa analisa pangan dan sistem produksi dalam laboratorium biokimia umum.
Hari/tgl
: kamis 8 Januari 2009
Waktu
: 08.30 – 14.30 WIB.
3.2. Alat
Alat yang digunakan untuk menganalisa serat kasar
adalah sebagai berikut :
Ø oven
Ø desikator
Ø timbangan
Ø kertas saring
Ø pisau
Ø Erlemeyer
Ø Beaker gelas
3.3. Bahan
Bahan yang diguanakan sebagai berikut :
Ø Buah nenas dan
Ø Nata de coco
3.4.Cara Kerja
a) sampel homogen sebanayak 2 gram, dicampur
dengan 1,25 % H2 So4 dan 1,25% NaOH untuk menghilangkan lemak selama 2 jam.
b) Kertas saring di oven pada suhu 1050C
selama 3 menit, kemudian didinginkan dalam desikator dan di timbang sebagai
berat kertas saring awal.
c) Saring sampel dengan kertas saring yang
telah diketahui berat konstanya
d) Oven residu dan kertas saring dalam oven
1050C selama 3 jam
e) Timbang sampel berat konstan
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1. Hasil Praktikum Yang Telah Diketahui :
Perhitungan :
Berat serat kasar adalah :
berat residu dan kertas saring konstan dikurangi dengan berat kertas saring konstan
- Berat awal buah nanas = 2 gram
Nata de coco = 2 gram
- Berat akir nanas = 3,2016 gram
Nata de coco = 4,0648 gram
4.2. Pembahasan
Dengan beberapa berat serat
yang sudah di uji kebenaranya maka dapat dipastikan bahwa banyak atau
sedikitnya sampel yang diambil perlu dhtelti kembali karena banyak kemungkinan
yang sering terjadi ketika proses percobaan tersebut belum dihitung berapa
jumlah sampel dan serat yang mudah larut hingga perlu dilakukanya perumusan
terlebih jumlah yang belum diketahui hasilnya. Dari beberapa konsep diatas
sehingga percobaan ini berhasil dilakukan sekalipun belum secara menyeluruh
sampel tersebut di rumuskan semaksimal mungkin. Mutu serat makanan yang diambil
dari kiomposisi selain selulosa, hemiselulosa dan lilingnin, yang menjadi
serangkai makanan yang berserat, ia juga tidak mudah untuk larut dalam air
dalam kondisi manapun. Pengurangan dari berat konstan bias juga ditentukan
dalam waktu dan kondisi yang mjumlah sampelnya tidak ikut larut.
V. KESIMPULAN
5.1. Kesimpulan
Dari hasil praktikum yang
telah dilakukan dengan menggunakan beberapa metode penelitian yang telah
dipandu langsung oleh Dosen selaku pembimbimg, maka proses paraktikum ini
dilaksanakan dengan menfempuh beberapa perhitungan sampel yang telah diambil
sehingga memudahkan kita ketika menganalisa suatu bahan yang telah dianalisa,
menghasilkan banyak pemahaman yang sudah dipahami terlbih pada mahasiswa yang
suda menuntas kan proses percobaan ini.
5.1. Saran
Berbagai hal yang telah kita
temukan ketika praktikum berlangsung. Sangat memprihatikan sekali bila proses
percobaan ini, ada beberapa mahasiswa yang tidak mengikutinya dengan berbagai
alasan yang kadang tidak tepat. Dengan demikan disarankan bahwa langkah bagusnya
bagi peserta yang tidak dapat mengikuti praktikum tersebut bias ditindak lanjutkan
dengan beberap penegasan.
DAFTAR PUSTAKA
Beran, J.A, 2000, Chemistry in the laboratory,
edisi 2, John wiley dan Sons, NewYork.
Crisp, P, 1996, Safety in the school of chemika
engineering and industrial chemistry,
UNSW, safety officev CEIC, New south wales.
Shomaker, C.P., Gerland, C.W., dan Niblev, J.W.,
1989, Experiment in physical,
LAPORAN PRAKTIKUM
ANALISA BAHAN MAKANAN
ANALISA KELARUTAN PANGAN
INSTAN
Oleh :
Nama : Isaac
Pereira
NIM : 2007340021

LABORATIRUM BIOKOMIA PANGAN
JURUSAN TEKNOLOGI INDUSTRI PERTANIAN
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS TRIBHUWANA TUNGGADEWI
MALANG
2009
I. PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Keberadaan
bahan pangan instan sepertinya sudah mendominasi di kalangan para konsumen.
Bahan pangan alami sepertinya hanya dianggap sebagai pelengkap dan bahan mentah
saja. Padahal jika dilihat dari kandungan gizi bahan pangan alami jauh lebih
tinggi dibandingkan bahan pangan instan. Kelebihan dari pangan instan adalah
lebish praktis dan mudah dibawa serta rasa dan aromanya juga lebih enak.
Dari itu
anggapan yang mengatakan bahwa produk pangan instan lebih baik dari produk
alami karena hanya menangandung ekstrak bahan tanpa megandung ampas belum
menjamin keunggulan dari produk pangan instan sebelum dianalisa lebih lanjut.
1.1. Tujuan Praktikum
Adapun tujuan praktikum dari
analisa kadar kelarutan adalah sebagai berikut :
·
Untuk
mengetahui kelarutan pada jahe instan
·
Untuk
mengetahui kelarutan pada kunyit instan
II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Bahan Pangan Instan.
Jahe dan kunyit instan ini
sangat baik untuk kesehatan dan dapat menghangatkan tubuh. kunyit putih
(curcuma domestica val) herbi prima instan ( 82 gr) adalah seduhan yang
bermanfaat untuk membantu mencegah kanker rahim dan payudara, mengurangi lemak
diperut, menigkatkan syahwat, mengatasi keputihan, menghaluskan kulit,
mengatasi perut kembung dan buang air, mengatasi sariawan usus dan panas dalam,
melancarkan air seni, melancarkan ASI, membantu mengatasi amandel, berak
lendir, diabetes dan thypus. Proses produksi yang mengikuti standar kesehatan
dan telah memiliki label halal diterbitkan MUI Jawa Barat, ijin edar Departemen
Kesehatan
( cq IPRT Dinas Kesehatan Bandung) serta barcode
Number
2.2. Jahe Instan
Jahe telah lama dikenal dan
dibuktikan sebagai tanaman yang berkhasiat dalam pencegahan dan pengobatan
terhadap penyakit. Disamping khasiatnya, jahe pun mempunyai kenikmatan rasa
dalam minuman. Kini, Jahe Sulthon telah menjadi alternative baru dalam minuman
tradisi, untuk menjaga kesehatan secara alami.
Jahe banyak kita temui
disekitar lingkungan pekarangan kita. Bagian yang berkhasiat adalah rimpangnya
karena mengandung minyak asiri 2 -3 % dan minyak damar. Minyak asiri terdiri
dari Zingiberin, kemferia, limonen, sineol, zingiberal, zingiberol, sedangkan
minyak damar mengandung zingeron, pati, damar, asam-asam
organik, asam malat, asam oksalat dan gingerin. Untuk memudahkan cara mengkonsumsi jahe, kini dikemas dalam bentuk serbuk instan tanpa pengawet dan tanpa campuran kimia sehingga aman untuk dikonsum.
organik, asam malat, asam oksalat dan gingerin. Untuk memudahkan cara mengkonsumsi jahe, kini dikemas dalam bentuk serbuk instan tanpa pengawet dan tanpa campuran kimia sehingga aman untuk dikonsum.
Table 1 Komposisi kimia jahe
|
Komposis Kimia
|
Jumlah
|
|
Oleoresin (rasa pedas)
|
33 %
|
|
Lipidas
|
6-8 %
|
|
Protein
|
9 %
|
|
Zat tepung
|
> 50 %
|
|
Vitamin A
|
|
|
Mineral
|
|
(Rismunandar, 1988)
2.3 Kunyit Instan
Kunyit
merupakan tanaman herba seperti tanaman jahe yang dapa thidup bebrapa tahun
pada suhu tempatan. Warna rimpangnya kuning keabu-abuan dan mengkilap. Rimpang
kunyit selain digunkan sebagai minuman, juga sebagai bahan campuran obat
traditional jamu, zat pewarna makanan dan bahan kosmetik. (Balai penelitian
pertanian rempah dan obat.1993)
Kunyit
Putih (Curcuma Domestica Val) Prima® Instan (± 82 gr) adalah produk alami
berkhasiat untuk :
·
mencegah dan mengobati kanker payudara dan kanker
rahim,menguatkan syahwat dan mengencangkan vagina,
·
mengatasi
keputihan,
·
menghaluskan kulit,
·
mengurangi lemak perut mengatasi buang-buang air dan
perut kembung
·
mengobati sariawan usus dan panas dalam,
·
melancarkan
air seni, memperlancar ASI,
·
dapat mengobati amandel, berak lendir,
·
diabetes malitus, tifus.
III. METODOLOGI
3.1. Tempat dan Waktu Praktikum
Praktikum analisa bahan
makanan dilakukan di laboratorium Biokimia Pangan Universitas Tribhuwana Malang
pada hari Rabu tanggal 07 Januari 2009.
3.2 Alat
Adapun alat yang digunakan
untuk analisis kelarutan adalah sebagai berikut :
·
Timbangan
·
Corong
·
Beaker
glass 200 ml 2 buah
·
Batang
pengaduk
·
Oven
·
Desikator
·
Cawan
petridis 2
buah
·
Erlenmeyer
200 ml 2 buah
·
Gelas
ukur 500ml 1 buah
·
Panci
·
Kompor
3.3. Bahan
Bahan yang digunakan untuk
analisa kelarutan adalah sebagai berikut :
·
Jahe
instan
·
Kunyit
instan
·
Air
panas secukupnya
·
Kertas
saring
·
Kertas
label
3.4. Cara Kerja
·
Timbang
sampel sebanyak 10 gram
·
Kertas
saring di oven pada suhu 1050C selama 3 menit, kemudian didinginkan
dalam desikator dan ditimbang sebagai berat
kertas saring awal
·
Masukkan
sampek dalam air200 ml yang bersuhu 950C dan aduk sampai 15 kali.
·
Saring
dengan kertas saring yang telah diketahui beratnya
·
Kertas
saring beserta residu, dioven pada suhu 1050C. Selama 3 jam
·
Setelah
itu ditimbang dan dioven lagi selama 2 jam dan ditimbang , lakuikan pengulangan
sampai mencapai berat konsatn(berat konstan dengan selisih penimbangan 0,02)
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1. Hasil
Hasil
yang diperoleh dari praktikum kelarutan adalah sebagai berikut”’
- Berat masing-masing sample 10 gram
- Berat kertas saring awal
- kunyit 1,3870 gram
- jahe 1,3232 gram
·
Berat
konstan kertas saring dan residu
- kunyit 1,6158 gram
- jahe 1,6170 gram
·
Berat
residu konstan
- kunyit 0,2953 gram
- jahe o,23 gram
4.2. Pembahasan
Perkembangan teknologi
terutama banah pangan menimbulkan inovasi-inovasi baru yang mendorong minat
konsumen. Salah satu dari kemajuan tekniologi tersebut adalah munculnya dari
beberapa produk yang instan untuk mempermudah konsumen dan lebih praktis.
Produk instan banyak dijumpai pada produk-produk obat-obatan (jamu).
Jahe instan yang dianalisa
pada praktikum ini berwarna oranye dan lebih keruh dibandingkan kunyit instan.
Dari itu angka residu dari jahe instan juga lebih tinggi dibanding kunyit.
V. KESIMPULAN
5.1. Kesimpulan
Dari
praktikum analisa kelarutan pada beberapa produk makanan instan ini dapat di
tarik kesimpulan bahwa selain dilihat dari berat konstan kelarutan juga dapat
di ketahui dari kekeruhan produk yang dilarutkan. tingkat kelarutan jahe lebih
rendah dibandingkan kunyit.
5.2. Saran
Dalam melakukan suatu
analisa kita sebaiknya menggunakan peralatan yang sesuai supaya hasil yang
didapat juga maksimal.
LAPORAN PRAKTIKUM
ANALISA BAHAN MAKANAN
PENGENALAN ALAT LABORATORIUM
Oleh :
Nama : Isaac
Pereira
NIM : 2007340021

LABORATIRUM BIOKOMIA PANGAN
JURUSAN TEKNOLOGI INDUSTRI PERTANIAN
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS TRIBHUWANA TUNGGADEWI
MALANG
2009
I. PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Dalam melakukan analisa bahan
makanan dan untuk memperoleh hasil, yang benar maka haruslah diketahui cara –
cara pokok dalam perhal perlakuan yang sering dijumpai dalam labiratorium,
antara lain: mengenai alat – alat laboratorium dan cara penggunaan yang benar,
agar dalam melaksanakan proses praktikum analisis bahan makanan dapat berjalan
dengan lanjar.
Semua alat dan baha kimia baik
yang berbahaya maupun tidak berbahaya harus selalu dijaga dan diperhatikan
dengan baik dan benar dalam penggunaannya, agar dapat melakukan suatu analisa
dapat terciptanya suasana yang aman dan tidak membahayakan peniliti.
1.3.
Tujuan Praktikum
Tujuan praktikum dari
pengenalan alat laboratorium adalah agar dapat mengetahui dan mempelajari jenis
– jenis alat ketilitian kerja, kejermatan dan cara kerja dalam laboratorium Laboratorium
Rekayasa Proses dan Sistem Produksi dan Biokimia Pangan.
II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Fungsi Desikator
Fungsi desikator adalah untuk
mengurang kadar uap berlebih setelah proses pemanasan, yang dapat mempengaruhi
berat sampel ketika dilakukan penimbangan.
2.2. Fungsi Muffle Furance
2.3. Fungsi Peralatan Soxhlet
Fungsi peralatan soxhlet adalah sebagai alat
analisa kadar lemak dalam bahan, untuk membantu mengekstrasi lemak yang ada
dalam sample.
2.4. Fungsi Peralatan Kjeldahl
Fungsi
peralatan kjeldahl adalah sebagai alat analisa kadar protein dalam bahan,
terdiri dari 3 jenisalat yaitu: alat destruksi, alat detilasi, dan alt titrasi,
yang dalam penggunaannya harus dilakukan secara berurutan. Hasil yang diperoleh
merupakan % nitrogen yang ada sampelyang kemudian dilonversikan dalam bentuk %
protein.
2.5. Fungsi Peralatan Gelas Laboratorium
Ada bebrapa jenis fungsi dalam
laboratorium antara lain adalah:
2.5.1.
Erlenmeyer Tertutup berfungsi sebagai: tempat meletakan bahan kimia atau mencampur bahan kimia yang akan dianalisa,
terkhusus yang berbahaya atau mudah menguap.
2.5.2. Beaker Glass berfungsi sebagai: tempat untuk
mencampur atau meletakan bahan kimia
yang akan dianalisis.
2.5.3. Gelas Ukur berfungsi sebagai: unuk mengetahui
volume dari sampel atau bahan kimia yang dianalisis.
2.5.4.
Petridish/Cawan Petri berfungsi sebagai: alat untuk menganalisa kadar air atau
mikrobiologi.
2.5.5. Tabung Reaksi berfungsi sebagai: tempat
sampel atau bahan kimia dalam volume tertentu.
2.5.6. Botol Bahan/Sampel Cair berfungsi sebagai:
2.5.7. Botol Bahan Kimia berfungsi sebagai:
2.5.8.
Corong Gelas/Corong Analisa berfungsi sebagai: tempat untuk menuangkan sampel
atau bahan kimia dari alat satu kea lat yang lain
2.5.9. Bunsen berfungsi sebagai: alat untuk membantu
pemanasan dalam proses analisa di dalam ruang.
2.5.10.
Cawan Porselin berfungsi sebagai: alat untuk menganalisa kadar abu.
2.5.11.Cawan
Timbang berfungsi sebagai: alat untuk menimbang sampel atau bahan secara
analitis.
2.5.12.
Mortar berfungsi sebagai: untuk menghaluskan sampel atau bahan dalam jumlah
yang sedikit.
2.6. Fungsi Fiskotester/Viskometer
Fungsi fiskotester/viskometer
adalah sebagai alat untuk mengukur
visikator
atau kekentalan sampel.
2.7. Fungsi aw meter
aw meter berfungsi sebagai akat untuk
mengukur bahan kimia yang sudah
terlarut dalam sampel.
2.8. Fungsi Spektrofometer
Spektrofometer
berfungsi sebagai
2.9. Fungsi Atomic Absorption Spectrophotometre (AAS)
Atomic absorption spectrophotometre (AAS)
berfungsi sebagai alat analisa untuk mengetahui keberadaan dari suatu zat atau
baha yang akan ditera dengan mengukur panjang gelombang atau absorbansi sampel.
III. METODOLOGI
3.1. Tempat dan Waktu
Paktikum
Praktikum pengenalan alat laboratorium
dilaksanakan pada:
Tempat : Laboratorium Biokimia Umum dan Relayasa
Pangan dan Sistem Produksi.
Hari/Tanggal: Kamis, 07 januari 2009
Waktu : 08:30 – 14:30 WIB
3.2. Alat
v Fungsi Desikator
Fungsi desikator adalah untuk
mengurang kadar uap berlebih setelah proses pemanasan, yang dapat mempengaruhi
berat sampel ketika dilakukan penimbangan.
v Fungsi Muffle Furance
v Fungsi Peralatan Soxhlet
Fungsi peralatan soxhlet adalah sebagai
alat analisa kadar lemak dalam bahan, untuk membantu mengekstrasi lemak yang
ada dalam sample.
v Fungsi Peralatan Kjeldahl
Fungsi peralatan kjeldahl adalah sebagai
alat analisa kadar protein dalam bahan, terdiri dari 3 jenisalat yaitu: alat
destruksi, alat detilasi, dan alt titrasi, yang dalam penggunaannya harus
dilakukan secara berurutan. Hasil yang diperoleh merupakan % nitrogen yang ada
sampelyang kemudian dilonversikan dalam bentuk % protein.
v Fungsi Peralatan Gelas Laboratorium
§ Erlenmeyer Tertutup berfungsi sebagai:
tempat meletakan bahan kimia atau
mencampur bahan kimia yang akan dianalisa, terkhusus yang berbahaya atau
mudah menguap.
§ Beaker Glass berfungsi sebagai: tempat
untuk mencampur atau meletakan bahan
kimia yang akan dianalisis.
§ Gelas Ukur berfungsi sebagai: unuk mengetahui
volume dari sampel atau bahan kimia yang dianalisis.
§ Petridish/Cawan Petri berfungsi sebagai:
alat untuk menganalisa kadar air atau mikrobiologi.
§ Tabung Reaksi berfungsi sebagai: tempat
sampel atau bahan kimia dalam volume
tertentu.
§ Botol Bahan/Sampel Cair berfungsi sebagai:
§ Botol Bahan Kimia berfungsi sebagai:
§ Corong Gelas/Corong Analisa berfungsi
sebagai: tempat untuk menuangkan sampel atau bahan kimia dari alat satu kea lat
yang lain
§ Bunsen berfungsi sebagai: alat untuk
membantu pemanasan dalam proses analisa di dalam ruang.
§ Cawan Porselin berfungsi sebagai: alat
untuk menganalisa kadar abu.
§ Cawan Timbang berfungsi sebagai: alat
untuk menimbang sampel atau bahan secara analitis.
§ Mortar berfungsi sebagai: untuk
menghaluskan sampel atau bahan dalam jumlah yang sedikit.
v Fungsi Fiskotester/Viskometer
Fungsi fiskotester/viskometer
adalah sebagai alat untuk mengukur
visikator atau kekentalan sampel.
v Fungsi aw meter
aw meter berfungsi sebagai akat untuk
mengukur bahan kimia yang sudah
terlarut dalam sampel.
v Fungsi Spektrofometer
Spektrofometer
berfungsi sebagai
v Fungsi Atomic Absorption Spectrophotometre (AAS)
Atomic absorption spectrophotometre
(AAS) berfungsi sebagai alat analisa untuk mengetahui keberadaan dari suatu zat
atau baha yang akan ditera dengan mengukur panjang gelombang atau absorbansi
sampel.
3.3. Cara Kerja
- Mengamati dan menjelaskan fungsi dan cara kerja.
- Mengamati dan mendengarkan fungsi dan penggunaan alat laboratorium.
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1. Hasil
Dalam praktikum pengenala alat
dan bahan serta fungsi – fungsinya didalam laboratorium , alat tersebut sangat
besar dan manfaatnya dalam melakukan suatu analisa, tanpa alat – alat tersebut
mahasiswa tidak dapat melakukan suatu penganalisaatau penelitian, dan tanpa
alat juga suatu anallisa tidak dapat berjalan dengan baik atau lancar.
4.2. Pembahasan
Dari
hasil praktikum pengenalan alat dapat membantu mahasiswa, dalam hal ini peserta
praktikum untuk lebih mengenal alat – alat laboratorium beserta jenis, fungsi,
dan kegunaannya.
v Fungsi Desikator
Fungsi desikator adalah untuk
mengurang kadar uap berlebih setelah proses pemanasan, yang dapat mempengaruhi
berat sampel ketika dilakukan penimbangan. (Widjanarko, 1996)
v Fungsi Muffle Furance
v Fungsi Peralatan Soxhlet
Fungsi peralatan soxhlet adalah sebagai
alat analisa kadar lemak dalam bahan, untuk membantu mengekstrasi lemak yang
ada dalam sample. (Widjanarko, 1996)
v Fungsi Peralatan Kjeldahl
Fungsi peralatan kjeldahl adalah sebagai alat
analisa kadar protein dalam bahan, terdiri dari 3 jenisalat yaitu: alat
destruksi, alat detilasi, dan alt titrasi, yang dalam penggunaannya harus
dilakukan secara berurutan. Hasil yang diperoleh merupakan % nitrogen yang ada
sampelyang kemudian dilonversikan dalam bentuk % protein. (Widjanarko, 1996)
v Fungsi Peralatan Gelas Laboratorium
§ Erlenmeyer Tertutup berfungsi sebagai:
tempat meletakan bahan kimia atau
mencampur bahan kimia yang akan dianalisa, terkhusus yang berbahaya atau
mudah menguap. (Widjanarko, 1996)
§ Beaker Glass berfungsi sebagai: tempat
untuk mencampur atau meletakan bahan
kimia yang akan dianalisis. (Widjanarko, 1996)
§ Gelas Ukur berfungsi sebagai: unuk
mengetahui volume dari sampel atau bahan kimia yang dianalisis. (Widjanarko,
1996)
§ Petridish/Cawan Petri berfungsi sebagai:
alat untuk menganalisa kadar air atau mikrobiologi. (Widjanarko, 1996)
§ Tabung Reaksi berfungsi sebagai: tempat
sampel atau bahan kimia dalam volume
tertentu. (Widjanarko, 1996)
§ Botol Bahan/Sampel Cair berfungsi sebagai:
§ Botol Bahan Kimia berfungsi sebagai:
§ Corong Gelas/Corong Analisa berfungsi
sebagai: tempat untuk menuangkan sampel atau bahan kimia dari alat satu kea lat
yang lain. (Widjanarko, 1996)
§ Bunsen berfungsi sebagai: alat untuk
membantu pemanasan dalam proses analisa di dalam ruang. (Widjanarko, 1996)
§ Cawan Porselin berfungsi sebagai: alat
untuk menganalisa kadar abu.
§ Cawan Timbang berfungsi sebagai: alat
untuk menimbang sampel atau bahan secara analitis. (Widjanarko, 1996)
§ Mortar berfungsi sebagai: untuk
menghaluskan sampel atau bahan dalam jumlah yang sedikit. (Widjanarko, 1996)
v Fungsi Fiskotester/Viskometer
Fungsi fiskotester/viskometer
adalah sebagai alat untuk mengukur
§ visikator atau kekentalan sampel. (Widjanarko,
1996)
v Fungsi aw meter
aw meter berfungsi sebagai akat untuk
mengukur bahan kimia yang sudah
§ terlarut dalam sampel. (Widjanarko, 1996)
v Fungsi Spektrofometer
Spektrofometer
berfungsi sebagai
v Fungsi Atomic Absorption Spectrophotometre (AAS)
Atomic absorption spectrophotometre
(AAS) berfungsi sebagai alat analisa untuk mengetahui keberadaan dari suatu zat
atau baha yang akan ditera dengan mengukur panjang gelombang atau absorbansi
sampel. (Widjanarko, 1996)
V. KESEMPULAN
5.1. Kesempulan
Perktikum pengenala alat
laboratorium sangat besar manfaatnya, dalam arti alat – alat sangat membantu
mahasiswa untuk dapat melanjutkan praktikum, dan apabila di laboratorium
tersebut tidak memiliki alat yang kurang lengkap mala akan mengalami gangguan
dalam plaksanaan praktikum tersebut.
5.2. Saran
- Perlu adanya bimbingan dan pelatian dari dosen pembimbing
- Mahasiswa diharapkan agar lebih sering melakukan proses analisa suatu bahan pangan (sampel) atau penelitian – penellitian yang meningkatkan mutu dan leterampilan.
DAFTAR PUSTAKA
Musholaemi Wahyu, SP. MP, 2007. Buku Pedoman
Praktikum Analisis Bahan Makanan
Pertiwi
Susi Wahyu, 1989. Laporan Paktikum Kimia Makanan Departamen Kesehatan RI
Akademik Gizi Semalang
Sudarmadji.
S. B Haryono dan Suhadi, 1998. Prosedur Analisa untuk Bahan Makanan dan
Pertanian. Liberty. Yogyakarta.
Slamet
Sudirmadji; Bambang Haryono; Suhardi, 1997. Prosedur Analisa Untuk Bahan
Makanan Dan Pertanian. Liberty, Yogyakarta.